KADO TERAKHIR
Sinar
surya telah menampakkan cahayanya di pagi yang cerah, dan disambut oleh kicauan
burung yang saling bersahutan. Aku terbangun dari tidurku dan menatap cahaya
sang surya lewat jendela kamar. Kemudian aku bergegas mandi, setelah selesai aku
menuju meja makan disana ayah sedang duduk membaca koran sembari menunggu ibu
menyiapkan sarapan.
“Selamat
pagi ayah, Ibu!” sapaku dengan semangat.
“Selamat
pagi sayang” balas ayah dan ibu.
“Semangat
sekali pagi ini Nin?” kata Ayah.
“Iya dong yah, gak sabar nunggu Kak Bagus pulang” kataku
dengan penuh semangat dan penuh senyuman.
Ayah dan ibu hanya
tersenyum melihat tingkahku.
Kak Bagus adalah kakak
laki-lakiku, dia bekerja sebagai TNI AD yang ditugaskan didaerah Papua, sudah 2
tahun dia tidak pulang dan kemarin dia memberikan kabar bahwa dia akan
mengambil cuti dan pulang ke Bandung.
Ibu
telah selesai menyiapkan sarapan, dan kami sarapan pagi bersama-sama. Setelah
selesai sarapan aku berangkat sekolah bersama ayah yang juga akan berangkat ke
kantor. Aku bersekolah di SMA 1 BANDUNG yang jaraknya sekitar 20 menit dari
kompleks rumahku. Tak berapa lama aku sampai disekolah, sebelum masuk tak lupa
aku cium tangan ayah.
“Hati-hati ya Nina, belajar yang bener biar kakakmu
senang” pesan ayah sebelum aku masuk.
“Iya
Ayah” jawabku.
Tepat jam 14.00 aku
pulang, sesampainya dirumah aku langsung bertanya kepada ibu
“Kak
Bagus mana bu?”
“Belum
datang Nina”
“Huhhh....memangnya
kakak tidak telfon tadi bu, kira-kira sampai disini jam berapa?”
“Tidak Nina, sabar dulu mungkin kakakmu masih
dijalan. Sudah sana ganti baju dulu, cuci kaki lalu makan”
“Nanti
bu aku mau nunggu kak bagus dulu”
Ibu tahu bahwa aku
sangat merindukan Kak Bagus jadi ibu membiarkanku menunggu kakak diruang tamu
sembari menonton televisi. Pandangan mataku tak bisa lepas dari pintu, aku
sudah tidak sabar karena aku sangat merindukan kak bagus. Terdengar suara mobil
didepan rumah, aku langsung bergegas berlari keluar dengan cepat, ternyata itu
suara mobil ayah yang baru saja pulang kerja. Aku menghampiri ayah dengan wajah
sedikit kecewa dan murung.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
“Kamu
kenapa nin, kenapa wajahmu murung seperti itu?”
“Kak
bagus belum datang yah”
“Kakakmu
sudah dijalan, sebentar lagi sampai”
“Benarkah
ayah? hoorrreeeee!!!”
Tak berapa lama
kemudian ada suara mobil datang, aku bergegas keluar dan aku lihat seorang
laki-laki yang gagah turun dari mobil itu. Ternyata itu benar kakakku, aku
berlari keluar dan langsung memeluk kakak.
“Kakakkkk!!!!!”
“Halo
adik kecilku!”
“Kenapa
kakak datangnya lama sekali, aku seharian nungguin kakak”
“Maaf
Nina, tadi jadwal penerbangannya ditunda”
Kemudian ayah dan ibu
keluar, mereka langsung memeluk kakak dengan hangat karena mereka juga sangat
merindukan kakak. Kemudian kami semua masuk kedalam rumah dan berbincang-bincang
dengan kak bagus. Setiap kali kakak pulang dia selalu membawakanku oleh-oleh,
karena adik Kak Bagus hanya aku jadi dia sangat memanjakanku dan dia
menyayangiku. Biasanya kakak mendapat cuti 14 hari, tapi karena di Papua sering
ada perang antar suku dan kerusuhan lain jadi kakak hanya mendapat cuti 10 hari
dan itu membuatku sedih. Dan yang membuatku lebih kecewa adalah 3 hari setelah
cuti Kak Bagus selesai adalah hari ulang tahunku. Padahal aku ingin sekali
merayakan hari ulang tahunku bersama kak bagus. Walaupun setiap ulang tahunku
dia selalu mengirimkan hadiah untukku, tapi sama saja Kak Bagus tidak bisa
datang dan kali ini pun sama.
Tak
terasa 10 hari sudah berlalu, aku melewati 10 hari ini bersama kakak, dia
mengantarkanku ke sekolah, berlibur kepantai bersama ayah dan ibu. Dan sekarang
waktunya kakak kembali ke Papua, dia sudah bersiap-siap mengemas baju. Dan kami
mengantar kakak ke bandara, kakak berpamitan dan memeluk ayah, ibu dan aku.
Walaupun sudah sering ditinggal seperti ini tapi tetap saja setiap kakak akan
kembali bertugas aku selalu menangis.
“Hati-hati ya nak, jaga dirimu baik-baik, makan yang
teratur, jangan lupa solat, dan selalu berdoa kepada allah setiap akan
bertugas” pesan ayah dan ibu
“Iya
ayah, ibu, aku tidak akan lupa semua pesan ayah dan ibu” jawab kakak
Aku berkata sambil
memeluk erat kakak.
“Hati-hati
ya kak, jaga diri kakak”
“Iya
adik kecilku, jangan khawatir kakak akan baik-baik saja”
Kemudian kakak berjalan
menuju pesawat yang akan mengantarkannya kembali ke tugasnya, entah mengapa aku
merasa sedih sekali ditinggal kak bagus.
Dua hari setelah kakak
pergi, dia menelfon memberitahu bahwa dia akan bertugas manjaga demonstran yang
akan berdemo. Kami semua khawatir karena orang-orang papua kalau berdemo pasti
anarkis dan pasti akan terjadi bentrok.
Aku,
ayah, dan ibu sedang menonton televisi, kami melihat berita tentang demo
besar-besaran di Papua. Dan benar, terjadi bentrok antara petugas dan
demonstran, kami semua bertambah khawatir. Hari berikutnya tepat dihari ulang
tahunku, dikabarkan bahwa banyak korban jiwa yang berjatuhan baik dari TNI
maupun demonstran. Aku tak meminta kado apapun dihari ini, aku hanya meminta
agar kakakku selamat dalam menjalankan tugasnya. Tetapi entah mengapa
perasaanku sangat tidak enak, gelisah dan terus memikirkan kak bagus,
kekhawatiranku bertambah karena kak bagus tidak dapat dihubungi.
“Kringgg...kringggg”
telefon berdering
Lalu aku mangangkatnya,
aku berpikir mungkin itu telefon dari Kak Bagus. Ternyata bukan, itu telefon
dari teman Kak Bagus.
“Halo,
assalamu’alaikum”
“Selamat
sore, apa benar ini kediaman Sertu Bagus Pamungkas?”
“Benar,
maaf ini siapa ya?”
“Saya Sertu Mulyono dari papua ingin mengabarkan
bahwa Sertu Bagus meninggal saat bertugas”
Telefon yang aku pegang
jatuh kelantai, aku terdiam beberapa saat, kemudian aku menangis sesenggukan.
Lalu ayah dan ibu menghampiriku, mereka bingung dan bertanya kenapa aku
menangis. Karena telefon belum putus ayah mangambil telefon dan menayakan apa
yang terjadi, dan Sertu Mulyono menceritakan semuanya, ayah dan ibu juga kaget
mendengar berita itu, dan mereka juga menangis dan merasa terpukul. Aku tidak
pernah membayangkan tepat dihari ulang tahunku aku kehilangan kakakku untuk
selamanya.
Kemudian
setelah semuanya diurus jenazah Kak Bagus akan dipulangkan dan dimakamkan di
Bandung. Kami yang dirumah menyiapkan segala sesuatunya dan menuggu kadatangan
jenazah Kak Bagus. Selang dua hari jenazah kak bagus tiba, aku menangis
histeris, terpukul, sedih melihat kakakku pulang dengan keadaan terbujur kaku.
Begitu juga dengan ayah dan ibu, bahkan ibu sempat pingsan. Ayah juga sedih,
tapi ayah sudah ikhlas karena itu sudah menjadi resiko dan bangga karena kakak
meninggal dalam melaksanakan tugas. Hari itu juga jenazah Kak Bagus dimakamkan,
banyak teman-teman Kak Bagus yang datang, begitu juga dengan teman ayah, ibu,
dan teman-temanku. Aku menangis sesenggukan selama perjalanan dari rumah
kemakam, aku tak bisa menahan betapa perihnya hatiku kehilangan kakak tercinta.
Setelah proses pemakaman selesai, para takziah pulang. Aku langsung menuju
kekamar kak bagus melihat foto-fotonya dan air mataku kembali berlinang. Kemudian
ibu masuk kekamar menghampiriku, membawa sebuah kotak kado.
“Sudah nina ikhlaskan kakakmu pergi, dia tidak akan
senang melihatmu sedih seperti ini”
Aku hanya terdiam
memandang foto kak bagus dan tidak menggubris kata-kata ibu.
“Sebelum kakakmu pulang ka papua, dia membelikan
sesuatu untukmu. Dia berpesan agar ibu memberikan ini saat ulang tahunmu dan
sekarang ibu berikan ini padamu”
Aku terdiam memandang
kado yang diberikan oleh ibu, lalu pelan-pelan aku buka kado itu ternyata
berisi sebuah sepatu. Sebuah sepatu yang aku inginkan dari dulu, aku tambah
menangis histeris karena itu merupakan kado terakhir dari Kak Bagus. Aku bisa
mengenang Kak Bagus dari kado terakhir yang dia berikan.